Menonton TV Video Game kekerasan Menyebabkan Perilaku Anak Menjadi Lebih Agresif

October 21, 2010 Labels:
Masi teringat dalam benak kita tanggal 18 Oktober 2010, ratusan siswa smp demo sambil ngamuk menuntut kepala sekolah agar diganti karna dituduh melakukan korupsi, sebelum itu ada pula ratusan siswa smp juga mengamuk di daerah banten gara2 sebab yang sama, masi ngiang pula bagaimana siswa-siswa sd or smp bermain smackdown yang berbahaya. timbul pertanyaan, mengapa bisa begini???

mungkin dibawah ini salah satu jawabannya:

Baru-baru ini ada hasil penelitian yang dipublikasikan di Oxford Journal Social Cognitive and Affective Neuroscience. menurut penelitian tersebut, Menonton film , program TV atau video game kekerasan menyebabkan menurunnya sensitivitas remaja, menumpulkan tanggapan emosional mereka terhadap agresi dan berpotensi mempromosikan sikap dan perilaku yang agresif.

Penelitian ini dilakukan oleh Dr Grafman, peneliti senior di Institut Nasional Neurologis Gangguan dan Stroke, National Institutes of Health (Bethesda, USA), dan rekan2nya. Ringkasannya temuannya, Dr Grafman mengatakan "Pajanan pada kekerasan video yang paling menghambat reaksi emosional untuk video agresif sama dari waktu ke waktu dan menyiratkan bahwa remaja yang normal akan merasakan emosi yang lebih sedikit waktu karena mereka terkena video serupa". Dia menambahkan: "paparan Lanjutan untuk video kekerasan akan membuat remaja kurang sensitif terhadap kekerasan, lebih menerima kekerasan, dan lebih mungkin untuk melakukan tindakan agresif sejak komponen emosional yang terkait dengan agresi berkurang dan biasanya bertindak sebagai rem terhadap perilaku agresif."

Penelitian ini dilakukan pada 22 anak laki-laki berusia 14-17 tahun.Untuk penelitian ini, Dr Grafman dan timnya merekrut 22 anak laki-laki berusia 14 hingga 17. Mereka diminta untuk menonton 60 video klip berdurasi 4detik, disusun secara acak dalam tiga bagian (20 klip/bagian). Tingkat kekerasan dan agresi di video klip rendah, ringan atau sedang. Tidak ada adegan ekstrim. Anak-anak diminta untuk menilai agresi dari setiap adegan dibandingkan dengan yang terakhir dengan menekan salah satu dari dua tombol respon. Saat mereka melihat, aktivitas otak mereka dimonitor dengan menggunakan scan MRI. sebuah Elektroda juga melekat pada jari-jari mereka untuk mengukur perubahan detik demi detik kecil di tingkat keringat - dikenal sebagai respon konduktansi kulit (SCRs) - lain indikator keadaan emosional. SCRs adalah metode pengukuran konduktansi listrik pada kulit, yang bervariasi dengan kadar air (keringat) dan merupakan cara sensitif untuk mengukur emosi masyarakat dan tanggapan terhadap rangsangan internal atau eksternal.

Dr Grafman berkata: "Kami menemukan bahwa anak-anak itu terkena video kekerasan lebih dari waktu ke waktu, aktivasi mereka di daerah otak yang bersangkutan dengan reaktivitas emosional menurun dan itu tercermin dalam data dari MRI fungsional dan dalam tanggapan konduktansi kulit."

Data dari SCR menunjukkan bahwa semakin lama mereka menontonvideo anak laki-laki menjadi lebih desensitive dan juga bahwa mereka lebih desensitiv oleh video kekerasan ringan dan sedang, tetapi bukan yang mengandung tingkat kekerasan yang rendah. Data tentang pola aktivasi otak menunjukkan efek yang sama. Secara khusus daerah yang dikenal sebagai korteks orbitofrontal lateral (lOFC), yang diduga terlibat dalam emosi dan respon emosional terhadap peristiwa, menunjukkan desensitisasi meningkat dari waktu ke waktu, dan ini paling ditandai untuk video yang paling agresif (menampilkan kekerasan sedang) dalam penelitian ini. Para peneliti juga menemukan bahwa anak laki-laki yang memiliki eksposur yang paling untuk media kekerasan dalam kehidupan sehari-hari mereka, yang diukur dengan tes skrining dan pertanyaan dalam pertemuan awal mereka dengan para peneliti, menunjukkan desensitisasi terbesar.

Dari temuan diatas dapat disimpulkan bahwa jika anak2 kita terlalu sering melihat kekerasan balik yang ditampilkan oleh kenyataan (misal yg dialami sendiri) maupun yang dilihat melalui program televisi atau video game dapat menyebabkan turunnya sensivitas kekerasan pada anak yang artinya kekerasan yang sering mereka tonton akan dianggap wajar!

Karena itu penting sekali bagi orang tua untuk mengawasi anaknya lebih intensive (mengawasi tapi bukan membatasi) terhadap lingkungan sekitar anak tumbuh dan belajar, tontonan2 televisi, film, dan games. hendaknya pihak media juga sadar akan hal ini sehingga tayangan2 yang mengandung kekerasan tidak ditayangkan pada jam2 ketika anak2 sedang melihat televisi.

0 comments:

Post a Comment

 
MaulaChela © 2010 | Designed by Blogger Hacks | Blogger Template by ColorizeTemplates